Tuesday, November 12, 2013

Andi Arsyil Tak Ada Waktu untuk Mengeluh



Kendati tak pernah belajar akting secara formal, jalan hidup Andi Arsyil (25) menuntunnya menjadi seorang bintang. Sejak berperan sebagai Robby di sinetron Tukang Bubur Naik Haji, parasnya kian akrab di benak pemirsa teve. Ternyata, pria yang mengaku pemalu ini mengawali karier di dunia hiburan lantaran rayuan seorang teman untuk ikut lomba modelling di Makassar.
Tak pernah terbayang bila dunia hiburan kini justru menjadi ladang saya mencari rezeki. Pasalnya, saya termasuk pemalu saat harus tampil di muka umum. Apalagi di masa sekolah dulu saya termasuk siswa yang getol memburu rangking pertama. Jadi, kerjanya belajar melulu. Saya juga sering dikirim mewakili sekolah ke berbagai lomba yang berkaitan dengan bidang akademis. Saat kelas 1 SMU, misalnya, saya ikut Olimpiade Fisika se-Makassar dan berhasil jadi juara ketiga kategori The Most Creative Student.
Di sekolah, saya pun sibuk dengan berbagai kegiatan dan organisasi. Selain OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), saya juga aktif di Rohis (Rohani dan Islam), berbagai kegiatan olahraga, dan lainnya. Nah, jika sedang ada waktu luang, saya menghabiskannya dengan membaca buku. Pokoknya benar-benar kutu buku, deh! Ha ha ha..
Namun saat menginjak kelas 3 SMU, rasa bosan mulai melanda. Saya mulai ingin melakukan kegiatan baru. Kebetulan, salah seorang sahabat senang mengikuti berbagai ajang modelling di Makassar. Ia lalu mengajak saya. Mulanya saya menolak. Saya pikir, dunia entertainment bukan dunia saya. Tapi, kemudian saya penasaran ingin mencoba. Hasilnya, di tahun 2007 saya berhasil menjuarai lomba modelling dan didapuk jadi duta beberapa merek. Setahun kemudian, saya meraih juara satu Pemilihan Dara dan Daeng Makassar.
Saya juga menjadi Duta Pariwisata Kota Makassar. Pernah pula saya ikut lomba di Jakarta mewakili Makassar dan meraih gelar The Best Intelegensia. Alhamdulillah, sejak mengikuti berbagai lomba itu, rasa percaya diri saya semakin kuat dan jadi lebih luwes bicara di depan banyak orang.
Terpincut Syuting
Ingin terus berkembang di dunia hiburan, saya kemudian mengikuti ajang model di sebuah majalah remaja. Dari situ, mulai banyak tawaran akting mampir kepada saya. Salah satunya sinetron Ngaca Dong  yang tayang di Trans TV. Di sinetron itu saya beradu peran dengan Catherine Wilson. Lantaran saat itu saya masih kuliah dan bekerja di kampung halaman, jadilah saya bolak-balik Jakarta-Makassar.
Kiprah saya selanjutnya yang kemudian melambungkan nama saya adalah saat terlibat di film layar lebar Ketika Cinta Bertasbih  (KCB). Untuk bisa bermain di film yang kisahnya diangkat dari novel karya Habiburrahman El-Shirazy ini tentu bukan perkara mudah. Saat audisi saya harus bersaing dengan ribuan orang, beberapa di antaranya malah sudah terkenal.
Lucunya, saat pertama kali datang audisi, banyak yang tak percaya saya seorang muslim. Maklum mata saya, kan, terlihat sipit dan kulit saya putih, ha ha ha... Di luar dugaan, saya lolos audisi dan dipercaya berperan sebagai Furqon. Buat saya, tokoh ini istimewa karena mengalami gejolak emosi yang cukup besar dalam cerita film.
Hingga kini film layar lebar yang saya bintangi baru KCB (2009) dan KCB 2  (2009). Saya bersyukur bisa terlibat dalam karya yang banyak diminati masyarakat Indonesia. Selain layar lebar, karier saya juga merambah ke layar kaca. Setelah rampung syuting serial televisi KCB , saya membintangi sinetron Dari Sujud ke Sujud (2011) dan Tukang Bubur Naik Haji (2012).
Menjalani syuting setiap hari seolah jadi rutinitas yang sulit dilepaskan dari hidup saya kini. Saya sangat betah dan paling suka suasana di lokasi. Kalau sudah terlalu lama tidak syuting, rasanya ada yang kurang. Mungkin hati saya sudah terpincut, ya, dengan kegiatan ini.
Beruntung, orangtua mendukung seluruh kegiatan yang saya pilih. Hanya satu pesan mereka ketika saya masuk ke dunia hiburan, yakni jangan sampai saya merusak diri. Saya harus tetap menjadi diri sendiri dan jangan mau diberi pengaruh buruk oleh lingkungan.
Motivator Muda
Selama terjun ke dunia keartisan, dunia keagamaan tak pernah saya tinggalkan. Awalnya saya rajin mengisi khotbah di masjid-masjid. Lantaran saya bukan lulusan pesantren, saya menghindari memberikan khotbah yang membahas ayat-ayat Al-Quran. Biasanya saya ambil intisari dari sebuah ayat dan memadukannya dengan hadis dan ilmu.
Eh, lama-kelamaan banyak yang mengundang saya jadi motivator. Saya kemudian mengisi seminar di berbagai sekolah hingga perusahaan. Bahkan sampai ke Taiwan, Brunei Darussalam, dan Malaysia. Peserta seminar saya pun beragam, kebanyakan usianya sudah lebih tua ketimbang saya. Bukannya menyepelekan, mereka justru sangat menghormati saya.
Kebanyakan materi yang saya sampaikan juga berasal dari pengalaman pribadi. Salah satunya, saya membuat materi berjudul Mapping Life yang berisi cara memetakan diri agar kita menjadi pribadi yang lebih berkualitas. Dan yang namanya rezeki memang tak ke mana. Seusai memberikan materi ini ke sebuah perusahaan asuransi, saya malah ditawari jadi konsultan mereka.
Dengan semangat berbagi pula, saya tuangkan pengalaman hidup saya ke dalam buku. Hingga kini, sudah ada tiga buku yang saya lahirkan. Yang pertama, Life is Miracle  (2010), buah karya perdana saya dengan dua penulis lain, Anneke Putri dan Ahmad Faris. Buku ini memuat 45 kisah inspiratif yang dapat memotivasi seseorang untuk berbuat lebih baik dan berpikir positif.
Buku kedua, Euracle – Anda dan Setiap Manusia adalah Keajaiban  (2011) merupakah hasil karya yang saya rampungkan sendiri selama dua tahun. Dalam buku ini saya meracik sains, filosofi, kaidah kehidupan, dan nilai-nilai ketuhanan. Saya tegaskan pula, setiap manusia memiliki keajaibannya masing-masing.
Buku ketiga, Hope – Desire, Dream, and Destiny  (2012), saya luncurkan tahun lalu. Rencananya, setiap tahun saya memang ingin menelurkan satu buku. Mudah-mudahan karya yang lain segera menyusul.
Usaha Travel Haji
Lulus kuliah, pemikiran untuk kerja kantoran di sebuah perusahaan saya tepis jauh-jauh. Sejak lama, hasrat saya adalah membuka peluang usaha bagi orang lain. Maka ketika ada kesempatan, saya pun membangun usaha impian saya, sebuah biro perjalanan.
Saya mendirikan Al-Furqon Tour and Travel berdasarkan pengalaman pribadi. Dulu, saya pernah berangkat umrah menggunakan jasa travel. Dari perjalanan itu, banyak sekali ide untuk membuat perjalanan haji dan umrah yang nyaman bagi para jemaah. Maka, ketika saya break syuting selama sembilan bulan, saya menyiapkan segala hal untuk mendirikan usaha ini.
Semuanya memang saya mulai dari nol. Dengan semangat dan kemauan untuk belajar, sekarang usaha ini berjalan lancar. Bahkan selain haji dan umrah, saya juga sudah melayani perjalanan ke berbagai destinasi di Indonesia dan luar negeri. Buat saya, kenyamanan para peserta tur adalah yang utama. Untuk para jemaah haji, misalnya, alih-alih memakai tas kain, saya sediakan mereka koper berbahan hardcase  yang lebih kuat dan tahan lama. Jika ada uang lebih dari jemaah, saya selalu gunakan untuk kenyamanan mereka di Tanah Suci, seperti upgrade hotel.
Saya pun tak malu melakukan survei ke pasar-pasar untuk mencari berbagai kain dan bahan yang nyaman namun sesuai budget. Berbagai inovasi ini kemudian banyak yang mencontoh. Buat saya, tidak apa-apa. Kreativitas itu tidak terbatas. Saya juga memiliki tim yang sangat solid. Jadi saya sebagai visioner menciptakan berbagai ide, sementara tim menjadi eksekutor ide saya.
Jika melihat hasil kerja keras saya saat ini, saya hanya bisa berucap, “Maka nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakan?” Bayangkan, dulu saya berangkat ke Jakarta hanya berbekal satu buah koper. Saya hanya bisa melihat gedung-gedung perkantoran yang memadati Ibu Kota. Sekarang, saya sudah punya gedung kantor sendiri meski kecil. Saya punya karyawan yang bisa saya bantu kehidupannya. Saya sungguh amat bersyukur.
Dengan berbagai kesibukan ini, tentu saya harus pandai-pandai mengatur waktu. Pagi hari saya selalu menyempatkan diri mampir ke kantor. Siang hari, saya ke lokasi syuting sinetron TBNH.
Kadang-kadang, saya juga harus syuting untuk TVM (TV Movie) hingga malam hari. Setelah itu, saya kembali ke kantor untuk mengurus berbagai hal berkaitan dengan perusahaan. Saya manfaatkan perjalanan di dalam mobil untuk tidur dan istirahat. Karena saya mencintai semua pekerjaan ini, saya tak mau mengeluh. Sebenarnya, sih, justru saya tak ada waktu lagi untuk mengeluh. Ha ha ha...
Bicara soal target ke depan, tentu saya juga memilikinya. Saya ingin memerankan tokoh dengan karakter kuat. Saya juga ingin membangun usaha lain. Dan ingin berkeluarga. Ya, insya Allah dua atau tiga tahun lagi, atau jika sudah bertemu jodohnya dalam waktu dekat.
Yang jelas, saya ingin tetap menjadi pribadi yang sederhana. Pribadi yang biasa-biasa saja, namun dengan semangat hidup yang luar biasa. (TAMAT)

No comments:

Post a Comment